Mengapa Dosen Perlu Punya Personal Branding Melalui Tulisan Online?


Ilustrasi/Gemini


Di era digital, seorang dosen tidak cukup hanya dikenal di ruang kuliah atau seminar akademik. Dunia maya telah membuka panggung baru, tempat setiap orang bisa membangun pengaruh, termasuk kalangan akademisi.

Salah satu cara paling efektif untuk itu adalah dengan menulis dan mempublikasikan karya di ranah online.

Personal branding melalui tulisan bukan sekadar gaya hidup digital, melainkan kebutuhan strategis. Pengetahuan dan pemikiran akademik tidak seharusnya berhenti di dalam kelas atau terkunci di jurnal ilmiah yang hanya dibaca segelintir orang.

Dengan tulisan online, gagasan seorang dosen bisa menjangkau masyarakat luas, menjadi inspirasi, bahkan memengaruhi kebijakan publik.


Mengapa Penting bagi Dosen?

1.Mendokumentasikan gagasan

Riset dan pemikiran yang dihasilkan dosen seringkali rumit dan sarat istilah teknis. Namun jika diolah menjadi artikel populer, gagasan tersebut akan lebih mudah dipahami. Tulisan online berfungsi sebagai arsip digital yang bisa diakses kapan saja, tidak hanya oleh mahasiswa tapi juga masyarakat umum.

2. Menjadi rujukan publik

Publik cenderung mencari informasi di internet. Ketika dosen aktif menulis di blog atau media online, otomatis ia akan muncul sebagai rujukan terpercaya. Hal ini membantu memperkuat posisi akademisi sebagai sumber pengetahuan yang kredibel, bukan hanya di kelas tapi juga di ruang digital.

3. Meningkatkan jejaring

Artikel yang tersebar luas di internet dapat membuka peluang kolaborasi. Dosen bisa diundang menjadi narasumber seminar, diminta menulis buku, atau diajak bergabung dalam riset lintas kampus. Jejaring ini akan memperluas dampak keilmuan yang ia miliki.

4. Membangun legacy

Jejak digital berupa tulisan konsisten akan menjadi warisan intelektual. Generasi berikutnya bisa mengakses dan memetik manfaat dari karya tersebut, bahkan setelah sang dosen tidak lagi aktif mengajar.


Tantangan yang Harus Diakui

Meski bermanfaat, tidak semua dosen terbiasa menulis di luar format akademik. Tulisan populer menuntut bahasa yang sederhana, narasi yang mengalir, dan terkadang gaya bercerita (storytelling). Bagi sebagian dosen, peralihan gaya menulis ini menjadi tantangan tersendiri.

Di sinilah peran penting editor dan media partner. Ide-ide akademik yang kompleks bisa “diterjemahkan” menjadi artikel populer tanpa kehilangan substansi. Kolaborasi dengan media atau jasa penulisan membantu dosen tetap fokus pada keilmuannya, sementara sisi penyajian disesuaikan agar lebih komunikatif.


Contoh Nyata: Dosen yang Sukses dengan Personal Branding

Beberapa dosen Indonesia sudah berhasil memanfaatkan tulisan online untuk membangun personal branding. Misalnya:

- Prof. Rhenald Kasali, guru besar Universitas Indonesia, yang tidak hanya menulis jurnal ilmiah tetapi juga produktif menerbitkan buku populer dan artikel opini di media nasional. Namanya dikenal luas, bukan hanya di kalangan akademisi, tetapi juga masyarakat umum dan pelaku bisnis.

- Dr. Najelaa Shihab, meskipun lebih sering dikenal sebagai pendidik dan aktivis, aktif menulis dan menyebarkan gagasan seputar pendidikan di berbagai media. Personal branding-nya membuat ia dipercaya menjadi rujukan dalam isu pendidikan nasional.

- Prof. Hikmahanto Juwana, pakar hukum internasional, kerap menulis opini di media massa. Hal ini menjadikannya figur yang sering dirujuk wartawan dan pengambil kebijakan.

Ketiganya menunjukkan bahwa tulisan online dapat memperkuat reputasi akademik dan sekaligus memperluas pengaruh sosial.

Personal branding melalui tulisan online bukan lagi pilihan, melainkan strategi cerdas bagi dosen yang ingin meneguhkan eksistensi dan pengaruhnya. Dengan menulis, dosen tidak hanya berbicara pada mahasiswa, tetapi juga pada publik luas.

Dengan personal branding yang kuat, seorang dosen bertransformasi menjadi thought leader yang suaranya didengar, gagasannya diperhitungkan, dan warisannya bertahan lintas generasi. [*]