Penggunaan Tanda Elipsis atau Tiga Titik (…) yang Benar Dalam Kalimat


Tanda elipsis (...)

Dalam dunia tulis-menulis, ada satu tanda baca yang sering dianggap sepele tapi diam-diam punya kekuatan dramatik luar biasa: elipsis. Ya, hanya tiga titik kecil (…) tapi efeknya bisa bikin kalimat terasa menggantung, misterius, atau justru ringkas.

Sayangnya, banyak orang memakainya asal-asalan—dari chat WhatsApp sampai artikel resmi. Mari kita bongkar apa sebenarnya elipsis itu dan bagaimana cara memakainya dengan tepat.

Apa Itu Elipsis?

Secara sederhana, elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik berturut-turut (…) yang menunjukkan ada bagian teks atau ucapan yang dihilangkan, terpotong, atau tidak selesai.

Menurut PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), elipsis dipakai untuk:

- Menandai ada bagian kalimat yang dihilangkan.

- Menunjukkan ucapan yang menggantung atau terputus.

Kata “elipsis” sendiri berasal dari bahasa Yunani elleipsis yang berarti “penghilangan”. Jadi, sejak asal katanya, elipsis memang ditakdirkan jadi tanda untuk menyembunyikan sesuatu.

Contoh Penggunaan Elipsis

1. Menghilangkan bagian kalimat

Kadang kita ingin menyingkat kutipan tanpa mengubah makna. Di sinilah elipsis dipakai.

“Presiden mengatakan … rakyat harus tetap bersatu.”

Artinya ada bagian dari ucapan Presiden yang sengaja dipotong.

2. Menunjukkan jeda atau ucapan terputus

Dalam dialog atau tulisan naratif, elipsis bisa membuat nuansa dramatis.

“Kalau begitu … ya, saya ikut.”

Kalimat ini terasa ragu-ragu, penuh pertimbangan, bukan jawaban tegas.

3. Membuat kalimat menggantung

Elipsis juga bisa dipakai untuk memberi kesan bahwa ucapan belum selesai.

“Aku sebenarnya ingin bilang sesuatu, tapi …”

Pembaca atau pendengar otomatis menebak-nebak sendiri kelanjutannya.

Salah Kaprah yang Sering Terjadi

Banyak orang menggunakan elipsis sebagai “hiasan” atau untuk menekankan emosi, biasanya di chat atau media sosial. Misalnya:

“Oke…….” (pakai lebih dari tiga titik)

“Aku enggak tahu lagi……….”

Secara aturan, ini keliru. Elipsis selalu tiga titik, tidak lebih. Tapi di komunikasi kasual, salah kaprah ini sudah dianggap lumrah—meski tetap salah jika dipakai di tulisan formal.

Elipsis memang tampak sederhana—hanya tiga titik kecil. Tapi cara penggunaannya bisa mengubah makna, nada, bahkan emosi dalam sebuah tulisan. Jadi, kalau mau pakai elipsis, ingatlah dua hal:

- Gunakan hanya tiga titik, jangan lebih.

- Pahami konteks: apakah untuk menyingkat teks, menunjukkan jeda, atau membuat kalimat menggantung.

Dengan begitu, elipsis tidak lagi sekadar “titik-titik gaya-gayaan”, melainkan alat tulis yang efektif untuk memperkaya bahasa. [*]